Sabtu, 03 Desember 2016

Tugas Kuliah Filsafat Pendidikan dan Pembelajaran




TUGAS KELOMPOK
“MAKALAH METODOLOGI  PENELITIAN UNTUK ILMU PENDIDIKAN : PENELITIAN KUANTITATF DAN KUALITATIF”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kuliah Filsafat Pendidikan dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Markhamah


 








DISUSUN OLEH :
1.      SRI WAHYUNI           (Q100160080 / IA)
2.      BIMA PERMANA S   (Q100160079 / IA)
3.      ARFAN RIFQI F         (Q100160069 / IA)

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2016


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Dari istilah itu, ada juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata re, yang berarti kembali dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian arti sebenarnya dari research atau riset adalah mencari kembali.[1][1]. Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses yang sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.[2][2]. Penelitian didefinisikan oleh banyak penulis sebagai suatu proses yang sistematis. Penelitian kuantitatif dan kualitatif sering ditemukan dalam penelitian. Penelitian kuantitatif dan kualitatif juga sering dipasangkan dengan nama metode yang tradisional, dan metode baru; metode positivistik dan postpositivistik; metode scientific dan metode artistik, metode konfirmasi dan temuan; serta kuantitatif dan interpretif. Jadi, penelitian kuantitatif sering dinamakan metode tradisional, positivistik, scientific dan metode discovery. Sedangkan metode kualitatif sering dinamakan sebagai metode baru, postpositivistik; artistik; dan interpretive research.[3][3]

B.   Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dari latar belakang di atas adalah:
1.  Apa yang dimaksud dengan penelitian kuantitatif serta penjabarannya?
2.  Apa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif serta penjabarannya?

C.   Tujuan Penulisan        
Tujuan penulisan ini antara lain:
1.    Untuk mengetahui pengertian penelitian kuantitatif serta penjabarannya.
2.    Untuk mengetahui pengertian penelitian kualitatif serta penjabarannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Hakikat Penelitian
Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Dari istilah itu, ada juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata re, yang berarti kembali dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian arti sebenarnya dari research atau riset adalah mencari kembali.[4][4]
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses yang sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.[5][5] Penelitian didefinisikan oleh banyak penulis sebagai suatu proses yang sistematis. Pengumpulan data yang dilakukan oleh seorang peneliti dapat menentukan keberhasilan dalam penelitian yang dilakukan olehnya. Setelah data penelitian terkumpul, maka perlu seorang peneliti perlu melakukan analisis data yang sudah diperoleh.
Dalam proses penelitian, seorang peneliti juga perlu memahami metode ilmiah yang akan digunakan. Metode ilmiah merupakan suatu proses yang sangat beraturan yang memerlukan sejumlah langkah yang berurutan: pengenalan dan pendefinisian masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan pernyataan kesimpulan mengenai diterima atau ditolaknya hipotesis.[6][6]
Agar suatu studi penelitian menjadi sistematik, pertama kita harus meneliti hakikat masalah yang akan diteliti. Pengetahuan yang berhubungan diidentifikasikan, dan dalam esensi, suatu kerangka kerja ditetapkan untuk melaksanakan penelitian. Kedua, pengumpulan informasi tentang bagaimana orang lain mendekati masalah yang sama, atau penelitian relevan. Ketiga, pengumpulan data yang sesuai dengan masalah penelitian. Proses pengumpulan data memerlukan penyusunan dan kontrol yang layak. Keempat, penelitian adalah analisis data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis baik menggunakan teknik statistik maupun tidak. Langkah kelima merupakan proses penggambaran kesimpulan atau penarikan generalisasi setelah analisis dilakukan.
Penelitian kuantitatif dan kualitatif sering dipasangkan dengan nama metode yang tradisional, dan metode baru; metode positivistik dan postpositivistik; metode scientific dan metode artistik, metode konfirmasi dan temuan; serta kuantitatif dan interpretif. Jadi, penelitian kuantitatif sering dinamakan metode tradisional, positivistik, scientific dan metode discovery. Sedangkan penelitian kualitatif sering dinamakan sebagai metode baru, postpositivistik; artistik; dan interpretive research.[7][7]

B.   Metodologi Ilmu Pendidikan: Riset Kualitatif
1.    Dasar Filosofis dan Karakteristik Riset Kualitatif
Riset Kualitatif merupakan sekumpulan metode-metode pemecahan masalah yang terencana dan cermat dengan desain yang cukup longgar, pengumpulan data lunak, dan tertuju pada penyusunan teori yang disimpulkan melalui induktif langsung. Pengumpulan data dilaksanakan secara lentur dimana peneliti sebagai instrument pengumpulan data yang utama, untuk mendapatkan data utama dan untuk mendapatkan data lunak. Penelitian kualitatif adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu sosiologi dan antropologi dan diadaptasi ke dalam seting pendidikan. Peneliti kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan.[8][14]
Penelitian kualitatif berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.[9][15]. Selain itu, Kirk dan Miller (1986: 9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.[10][16]
Pengumpulan data yang dilakukan secara lentur, berarti sampel penelitian tidak sejak awal ditentukan dengan tegas. Sampel penelitian ditentukan dalam proses perjalanan pelaksanaan pengumpulan data dengan berpegang teguh pada prinsip kecukupan yang ditentukan oleh peneliti sendiri.
Menurut Bogdan dan Biklen (2008: 4-5) terdapat lima ciri utama penelitian kualitatif, yaitu:
a.  Naturalistik. Penelitian kualitatif memiliki latar aktual sebagai sumber langsung data dan peneliti merupakan instrumen kunci. Kata naturalistic berasal dari pendekatan ekologis dalam biologi.
b.  Data Deskriptif. Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti persentasi.
c.   Berurusan dengan Proses. Peneliti kualitatif lebih berkonsentrasi pada proses daripada dengan hasil atau produk.
d.  Induktif. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data mereka secara induktif. Mereka tidak melakukan pencarian di luar data atau bukti untuk menolak atau menerima hipotesis yang mereka ajukan sebelum pelaksanaan penelitian.
e.  Makna. Makna adalah kepedulian yang esensial pada pendekatan kualitatif peneliti yang menggunakan pendekatan ini tertarik bagaimana orang membuat pengertian tentang kehidupan mereka. Dengan kata lain peneliti kualitatif peduli dengan apa yang disebut dengan perspektif partisipan.[11][17]
Metode riset naturalistik adalah penyelidikan yang tidak mengadakan manipulasi atau rekayasa kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan tidak menentukan terlebih dahulu apa yang harus dihasilkan. Ada lima aksioma filosofis paradigma naturalistik, yaitu :
a.    Hakikat kenyataan (ontologi). Hakikat kenyataan adalah jamak, terstruktur dan holistik.
b.    Hubungan subjek dengan objek (epistemologi). Subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, mempunyai hubungan yang bersifat interaktif, dan tidak dapat dipisahkan.
c.    Kemungkinan hubungan sebab-akibat (logika). Semua kesatuan-kesatuan merupakan sebuah keadaan yang terbentuk bersama-sama secara serempak, sehingga tidak mungkinlah membedakan sebab-sebab dari akibat-akibatnya.
d.    Peranan nilai-nilai dalam penyelidikan (aksiologi). Penyelidikan naturalistik tidak bebas nilai, tapi siap menerima nilai.
Berdasarkan lima aksioma tersebut di atas, strategi pelaksanaan penyelidikan naturalistic mempunyai 14 macam karakteristik, yaitu:
a.    Situasi alamiah menjadi objek penyelidikan naturalistik.
b.    Manusia sebagai instrumen utama dalam penyelidikan naturalistik.
c.    Penggunaan pengetahuan tersembunyi (intuitif) untuk melengkapi pengetahuan proposisional (terungkap dalam pernyataan).
d.    Penggunaan metode-metode kualitatif lebih diutamakan dari pada metode-metode kuantitatif.
e.    Penentuan sampel secara purposif.
f.     Analisis data secara induktif.
g.    Penyusunan teori yang disimpulkan dari bawah (grounded theory).
h.    Desain riset bersifat darurat sehingga terbuka bagi perubahan .
i.      Hasil-hasil penyelidikan dimusyawarahkan dengan manusia yang menjadi sumber data.
j.      Bentuk-bentuk laporan studi kasus.
k.    Laporan disajikan dalam bentuk interpretasi ideografis.
l.      Penggunaan hasil penyelidikan bersifat tentatif.
m.   Penentuan batas-batas fokus masalah penyelidikan, dan
n.    Penggunaan criteria khusus untuk penentuan tingkat kepercayaan prosedur pelaksanaan penyelidikan.
Meskipun riset kualitatif masih belum lama mendapat pengakuan dalam bidang pendidikan., sebenarnya riset kualitatif itu sendiri telah mengalami perkembangan yang panjang dan kaya tradisi.konsep-konsep kebudayaan yang dipergunakan dalam etnografi dipergunakan oleh para peneliti kualitatif dalam bidang pendidikan sebagai kerangka paradigma mereka. Pendekatan yang menggunakan konsep budaya dari sudut pandang etnografi disebut pendekatan etnometodologikal. Semuanya itu dijadikan dasar untuk merekonstruksi penggambaran penuh arti dari kehidupan orang dalam masyarakat tersebut.

2.    Bentuk-bentuk Riset Kualitatif
Metode-metode riset kualitatif yang digunakan dalam menyusun Ilmu Pendidikan, antara lain mencakup (1) metode fenomenologi; (2) metode komparatif; (3) metode historis, (4) metode interaksi simbolik, (5) metode etnografis, dan (6) etnometodologi. Metode komparatif dalam pendidikan tertuju pada menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan diantara sistem-sistem pendidikan nasional. Sehubungan dengan hal ini, Bareday dalam Comparative Method in Education (1964) mengemukakan bahwa metode komparatif dalam pendidikan terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) deskripsi, atau pengumpulan secara sistematik tentang informasi pendidikan di beberapa Negara; (2) Interpretasi, atau analisi latar belakang sosio-kultural pendidikan dari setiap negara yang akan dibandingkan; (3) Penjajaran, atau pengkajian secara serempak beberapa sistem pendidikan untuk menentukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan secara linier; dan (4) pembandingan secara keseluruhan anatar sistem-sistem pendidikan yang dibandingkan. Metode historis dalam pendidikan berkenaan dengan penggambaran apa yang telah terjadi dalam dunia pendidikan selama kurun waktu tertentu.
Metode interaksi simbolik dalam pendidikan merupakan metode riset yang bertujuan memahami makna tingkah laku interaktif dalam pendidikan, dengan jalan memahami definisi-definisi dan proses interaksi yang terjadi dalam penyusunan definisi-definisi tersebut. Sehubungan dengan tujuan tersebut, peneliti harus masuk dalam proses pendefinisian makna yang berlangsung dalam proses pendefinisian makna yang berlangsung dalam proses interaksi dengan menggunakan metode observasi partisipan.
Metode etnografis pendidikan bertujuan menyusun sebuah deskripsi penuh arti (thick description) tentang jaringan hubungan, kegiatan-kegiatan dan keyakinan pihak-pihak yang terlibat dalam lingkungan-lingkungan pendidikan. Seperti riset lainnya, proses penyelenggaraan riset etnografis terdiri atas: (1) Penyusunan desain; (2) Pengumpulan data; (3) Analisis dan interpretasi data, dan (4) Penyajian data bentuk sebuah deskripsi penuh arti atau thick description.
Etnometodologi tidak berkenaan dengan metode-metode yang digunakan dalam penyelidikan untuk mengumpulkan data, tetapi lebih berkenaan dengan pokok masalah yang menjadi penyelidikan. Etnometodologi berkenaan dengan studi bagaimana individu-individu menciptakan dan memahami kehidupan mereka sehari-hari, atau metode mereka memenuhi kehidupan sehari-hari. Pokok persoalan dalam etnometodologi adalah orang-orang dalam berbagai situasi yang terjadi dalam masyarakat mereka sendiri.

C.   Metodologi Ilmu Pendidikan : Riset Kuantitatif
1.    Dasar Filosofis dan Karakteristik Riset Kuantitatif
Riset kuantitatif merupakan metode pemecahan masalah yang terencana dan cermat, dengan desain yang terstruktur ketat, pengumpulan data secara sistematis terkontrol, dan tertuju pada penyusunan teori yang disimpulkan secara induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara empiris (Hypothetico Deductive Observational Procedure). Penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentan sebab akibat, reduksi kepala variabel, hipotesis, dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan observasi, serta pengujian teori), menggunakan strategi penelitian seperti eksperimen dan survei yang memerlukan dat statistik.[12][8] Penelitian kuantitatif menggunakan instrument untuk mengumpulkan data atau mengukur status variabel yang diteliti. [13][9]
Penelitian ini juga sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Selain itu, penelitian ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Penelitian ini disebut penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.[14][10]
Selain itu, penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.[15][11]. Penelitian kuantitatif berpijak pada apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviorisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat konkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.[16][12].
Desain dalam riset kuantitatif menentukan adanya penataan yang tegas tentang perangkat variable yang diselidiki dan karakteristik hubungannya. Pengumpulan data terhadap sampel yang ditetapkan secara acak dilakukan secara terawasi (ada variable bebas/sebab, dan variable tak bebas/akibat, serta variabel pencampur); melalui pengukuran dengan menggunakan instrumen yang terkalibrasi (tervalidasi).
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat kita kenali ciri-ciri riset kuantitatif sebagai berikut:
a.    Riset kuantitatif menghendaki adanya perekayasaan situasi yang akan diteliti, dengan terencana memberikan suatu perlakuan (treatment) tertentu, untuk mengetahui akibat-akibatnya.
b.    Riset kuantitatif adalah eksperimental atau percobaan yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan terkontrol dengan ketat, baik dalam bentuk desai fungsional maupun desain factorial.
c.    Riset kuantitatif lebih tertuju pada penelitian tentang hasil daripada proses sehingga data yang dikumpulkan berupa data tentang akibat-akibat yang disebabkan oleh adanya perlakuan atau perubahan variabel yang disengaja.
d.    Riset kuantitatif cenderung merupakan prosedur pengumpulan data melalui observasi untuk pembuktian hipotesis yang dideduksi dari dalil atau teori (Hypothetico Deductive Observational Procedurikute).
e.    Riset kuantitatif terutama bertujuan menghasilkan penemuan-penemuan, baik dalam bentuk teori baru atau perbaikan teori lama.
Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat.[17][13] Ciri-ciri filsafah positivisme, antara lain:
a.  Logika eksperimen dengan memanipulasi variabel yang dapat diukur secara kuantitatif akan dapat dicari hubungan diantara berbagai variabel.
b.  Mencari hukum universal yang dapat mengikuti semua kasus walaupun dengan pengolahan statistik dicapai tingkat probabilitas dengan mementingkan sampling untuk mencari generalisasi.
c.   Netralitas pengamatan dengan hanya meneliti gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dengan mengabaikan apa yang tidak dapat diamati dan diukur dengan instrument yang valid dan reliabel.
Aksioma-aksioma kaum positivism yang mendasari riset-riset adalah sebagai berikut:
a.    Hakikat kenyataan (ontologi). Kenyataan adalah tunggal, dapat diamati dan dapat dibagi dalam fragmen-fragmen.
b.    Hakikat hubungan subjek dan objek (epistemologi). Subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui adalah bebas tidak saling bergantung, dan membentuk sebuah dualism yang tegas.
c.    Kemungkinan generalisasi (logika). Tujuan penyelidikan adalah mengembangkan suatu sosok pengetahuan nomotetis dalam bentuk generalisasi yang kebenarannya tidak bergantung pada waktu dan tempat (konteks).
d.    Kemungkinan hubungan sebab-akibat (logika). Setiap tindakan dapat diterangkan sebagai hasil (akibat) dari sebuah sebab yang nyata yang dalam hubungannya dengan waktu adalah mendahului akibat (atau setidak-tidaknya terjadi serempak).
e.    Peranan nilai dalam penyelidikan (aksiologi). Penyelidikan adalah bebas dari campur tangan nilai dan dapat dijamin bahwa penyelidikan yang digunakan adalah objektif.
Pelaksanaan riset kuantitatif dilakukan dalam bentuk pengukuran kuantitatif terprogram atau sistematis. Beberapa karakteristik dari pengukuran tersebut yaitu : (1) Pengukuran dilaksanakan terhadap skala-skala: ordinal, internal, dan rasio yang menghasilkan data dalam bentuk angka, dengan kata lain ada proses kuantifikasi; (2) pengukuran dilakukan dengan menggunakan instrumen yang tepat (valid), dapat dipercaya (reliable) dan operasional melalui proses instrumentalisasi;  (3) pengukuran dilakukan terhadap sampel yang menjadi sumber data, yang telah ditetapkan secara acak atau randomisasi; dan (4) pengukuran dilakukan melalui pemberian perlakuan tertentu untuk mengatahui akibat-akibatnya atau eksperimentasi yang murni atau rekaan.
Hipotesis mempunyai peranan sangat penting dalam riset kuantitatif. Hipotesis sebagai pernyataan deklaratif sementara tentang hubungan antara dua variabel atau lebih, berfungsi sebagai pendahuluan eksperimen dan sebagai sebuah metode yang member keterangan bilamana verifikasi aktual tidak mungkin dilakukan. Syarat –syarat hipotesis yang baik yaitu; (1) Relevan, (2) Testabilitas, (3) Kompatibilitas, (4) Prediktif, dan (5) Sederhana.
Prosedur pembuktian hipotesis melalui langkah-langkah: (1) merumuskan sebuah hipotesis riset sebagai sebuah jawaban terhadap masalah yang dihadapi; (2) Menjabarkan akibat-akibat dari hipotesis dalam istilah-istilahn yang operasional; (3) Merumuskan hipotesis secara deklaratif sebagai sebuah hubungan antara dua variabel atau lebih yang yang didasarkan pada akibat-akibat yang diperkirakan; (4) Apabila hipotesis akan dibuktikan secara statistic, maka perlu dirumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1); dan (5) menetapkan sebuah prosedur yang akan memberikan dasar pada sebuah keputusan yang dibuat tentang kebenaran hipotesis nol; (6) melakukan pengujian dengan cara pengumpulan data yang sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan sebelumya; dan (7) Mengambil sebuah keputusan tentang kebenaran atau kepalsuan hipoitesis nol.

2.    Bentuk-bentuk Riset Kuantitatif
Riset kuantitatif dilaksanakan dengan menggunakan metode eksperimental. Riset eksperimen merupakan penyelidikan yang penelitiannya mengontrol kondisi-kondisi perlakuan dan pengaruh dari luar. Metode eksperimental berkenaan dengan gejala tentang sebab dan akibat. Kita menilai dinamika sebab dan akibat dalam sebuah sistem tertutup dari kondisi-kondisi yang terawasi.
Apabila ditinjau dari desainnya, metode-metode eksperimental dapat dibedakan dalam empat kelompok yaitu: (1) Desain-desain Pra eksperimental (Pre Eksperimental Designs); (2) desain-desain Eksperimental yang sesungguhnya (True Eksperimental Designs); (3) desain-desain Eksperimental Rekaan (Quasi Eksperimental Designs); dan (4) Desain-desain Korelasional Dan Sebab Terbalik (Corelational and Ex Post Facto Designs).     
Desain-desain Pra-Eksperimental dapat dibedakan dalam tiga macam bentuk, yaitu: (1) One-Shot Case Study; (2) One Group Pre-test-Posttest Design; dan (3) Static Group Comparison . Desain-desain Eksperimental yang sesungguhnya dapat dibedakan dalam tiga macam bentuk, yaitu (1) Pretest-Posttest Control Group Design (Desain Kelompok Kontrol Tes Awal-Tes Akhir); (2) Solomon Four-Group Design (Desain Empat Kelompok dari Solomon); dan (3) Posttest only Control Design (Desain Kelompok Kontrol Terakhir).
Pola pengumpulan data yang dipergunakan dalam riset kuantitatif merupakan cara kerja dalam bentuk pengukuran sistematis. Pengukuran sistematik adalah pengumpulan data kuantitatif secara sistematik dan terencana melalui suatu eksperimentasi. S.S. Steven membedakan pengukuran dalam empat macam tingkatan, yaitu pengukuran nominal, pengukuran ordinal, pengukuran interval, dan pengukuran ratio. Secara tersirat telah dinyatakan bahwa pengukuran sistematis adalah pengukuran terencana. Hal lain yang penting dalam pengukuran sistematis adalah alat pengumpul data yang digunakan. Apabila alat pengumpul data dapat mengukur hal-hal yang menjadi isi yang diselidiki, maka alat tersebut mempunyai validitas isi (content validity)
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pola pengamatan riset kuantitatif adalah berkenaan dengan sumber data dan teknik pengumpulan data. Apabila alat pengumpul data dan sampel sudah ditetapkan, maka hal lain yang masih perlu diperhatikan oleh peneliti dalam riset kuantitatif adalah teknik memperoleh data. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa riset kuantitatif menuntut adanya pola pengamatan yang mempunyai karakteristik: (1) desain riset berstruktur; (2) adanya instrumentalisasi; (3) randomisasi dalam pengambilan sampel, dan ; (4) pembakuan dalam teknik pengumpulan data. Pengolahan data kuantitatif yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang baku, dilakukan dengan menggunakan analisis statistik. Analisis statistik sebagai sekelompok teknik kerja mengolah data kuantitatif dapat berfungsi deskriptif dan inferensi. Analisis statistik deskriptif berfungsi menyajikan gambaran singkat tentang hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang diselidiki. Sedangkan analisis statistic inferensi berfungsi menyimpulkan sifat-sifat populasi berdasarkan hasil-hasil pengumpulan data pada sampel (Herbert M. Blalock: 5)

D.   Perbedaan Penelitian Kuantitatif dengan Penelitian Kualitatif
Penelitian kuantitatif ialah penelitian dalam proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulandata sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik. Sebaliknya penelitian kualitatif ialah penelitian dalam proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek-aspek kecenderungan, non perhitungan numerik, situasional deskriptif, interview mendalam, analisis isi, bola salju dan story. Sedangkan menurut Creswell (2008: 51-59) mencoba membandingkan karakteristik penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif berdasarkan:
1.  Identifikasi masalah penelitian. Penelitian kuantitatif cenderung mengarahkan masalah-masalah penelitian yang memerlukan suatu deskripsi tentang kecenderungan atau suatu penjelasan tentang hubungan antarvariabel. Sedangkan penelitian kualitatif cenderung mengarahkan masalah-masalah penelitian yang memerlukan: suatu eksplorasi yang mendalam terhadap hal yang sedikit diketahui atau dipahami tentang masalah tersebut dan suatu detail pemahaman tentang suatu fenomena sentral.
2.  Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian kuantitatif, tinjauan pustaka untuk:
a.     Menyediakan suatu peran mayor dalam menyarankan pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk diajukan.
b.     Justifikasi masalah penelitian dan menciptakan suatu kebutuhan untuk arah (pernyataan tujuan dan pernyataan hipotesis penelitian)
Sementara dalam penelitian kualitatif, tinjauan pustaka untuk:
a.      Memainkan suatu peran minor dalam menyarankan suatu pertanyaan penelitian spesifik untuk diajukan.
b.      Justifikasi pentingnya meneliti masalah penelitian tersebut.[18][18]
Perbedaan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif, antara lain:
No
Penelitian  Kuantitatif
Penelitian Kualitatif
1
Menggunakan hipotesis yang ditentukan  sejak awal penelitian
Hipotesis dikembangkan sejalan dengan penelitian/saat penelitian
2
Definisi yang jelas dinyatakan sejak awal
Definisi sesuai konteks atau saat penelitian berlangsung
3
Reduksi data menjadi angka-angka
Deskripsi naratif/kata-kata, ungkapan atau pernyataan
4
Menyimpulkan hasil menggunakan statistic
Menyimpulkan hasil secara naratif/kata-kata
5
Memanipulasi aspek, situasi atau kondisi dalam mempelajari gejala yang kompleks
Tidak merusak gejala-gejala yang terjadi secara alamiah /membiarkan keadaan aslinya [19][23]
Selain itu, Nasution (1988) membandingkan penelitian kuantitatif dengan kualitatif, sebagai berikut:
Positivisme / Kuantitatif
Post –Positivisme / Kualitatif
1.   Mempelajari permukaan masalah atau bagian luarnya.
2.    Memecahkan kenyataan dalam bagian-bagian, mencari hubungan antar variabel yang terbatas.
3.   Bertujuan mencapai generalisasi guna memprediksi.
4.   Bersifat deterministik tertuju kepada kepastian dengan menguji hipotesis.
1.     Mencoba memperoleh gambaran yang lebih mendalam
2.     Memandang peristiwa secara keseluruhan dalam konteksnya dan mencoba untuk memperoleh pemahaman yang holistic
3.     Memahami makna (Meaning)
4.     Memandang hasil penelitian sebagai spekulatif [20][24]
BAB III
PENUTUP

A.   Simpulan
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses yang sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Penelitian dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Penelitian kuantitatif berpijak pada apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviorisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat konkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.
Sedangkan, penelitian kualitatif adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu sosiologi dan antropologi dan diadaptasi ke dalam seting pendidikan. Peneliti kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan. Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi. Hal ini berangkat dari pengetahuan, berdasarkan pengalaman sosial adalah suatu proses ilmiah yang sah.











DAFTAR PUSTAKA

Ahiri, Jafar. Metodologi Penelitian Pendidikan. Kendari: Unhalu Press, 2008.
Azra, Azumardi. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Bandung: Alfabeta, 2007.
Emzir. Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Hasan. 2013. Landasan Filosofis Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Kaelan. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat,. Yogyakarta: Paradigma, 2005.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.
Mudyahardjo, Redja. 2002. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993.
Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2007.
Http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5104/5104%20jadi/fmenu_2.2.html (Diakses pada hari Minggu 18 September 2016 pada pukul 20.55 WIB)                                       
Http://harjonbasri.blogspot.co.id/2014/11/penelitian-kuantitatif-dan-kualitatif.html (Diakses pada hari Minggu 18 September 2016 pada pukul 20.55 WIB)



[1][1] Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paradigma, 2005), h. 1.
[2][2] Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 3.
[3][3] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 7.
[4][4] Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paradigma, 2005), h. 1.
[5][5] Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 3.
[6][6] Ibid., h. 5.
[7][7] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 7.
[8][14] Emzir, Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 2.
[9][15] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 7-9.
[10][16] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 3.
[11][17] Ibid., h. 3-4.
[12][8] Emzir, op. cit., h. 28.
[13][9] Jafar Ahiri, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Kendari: Unhalu Press, 2008), h. 206.
[14][10] Sugiono, op. cit., h. 8.
[15][11] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 105-106.
[16][12] Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 258.
[17][13] Ibid., h. 8.
[18][18] Ibid., h. 4-5.
[20][24] Ibid.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar