Selasa, 20 Desember 2016

Fokus Subfokus dan Wawancara Penelitian Kualitatif



Fokus Subfokus dan Wawancara Penelitian Kualitatif
Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan (Kualitatif)
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Bambang Sumardjoko
   Description: Description: E:\LOGO\Logo UMS non warna.jpg
 Disusun oleh:
NAMA           : ARFAN RIFQI FAUZI
NIM                : Q100160069
KELAS          : I A


MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016


A.      Fokus Masalah :
Implementasi Multiple Intelligences Research (MIR)
B.  Judul :
Implementasi Multiple Intelligences Research (MIR) Dalam Pengelompokan Kelas dan Pembelajarannya Studi Kasus di MIM PK Kartasura
C. Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Implementasi pengelompokan kelas berdasarkan Multiple Intelligences Research (MIR) di MI Muhammadiyah PK Kartasura?
2.    Bagaimana keterkaitan antara pengelompokan kelas berdasarkan Multiple Intelligences Research (MIR)  dengan model pembelajaran audiotorial, visual, dan kinestetik sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki anak di MI Muhammadiyah PK Kartasura?
D. Wawancara
a.    Analisis persiapan Implementasi Multiple Intelligences Research (MIR) di MI Muhammadiyah PK Kartasura
MI Muhammadiyah PK Kartasura beralamatkan di Jl. Slamet Riyadi No. 80 Kartasura merupakan sekolah pertama di wilayah surakarta yang menerapkan metode atau riset Multiple Intelligences Research dalam pengelompokan kelas dan pembelajarannya. Bapak Nasrul Harahap, S Pd.I selaku kepala sekolah MI Muhammadiyah PK Kartasura memberikan keterangan latar belakang menerapkan metode atau riset Multiple Intelligences Research
“Awal mulanya melihat fenomena masyarakat bahwa yang ada sekolah sekarang harus ada syarat-syarat khusus atau harus melalui tes, kenapa sekolah harus dites, kenapa harus banyak syarat, kenapa sekolahunggulan identik dengan masuknya sulit melalui tes, berawal dari itu kita mencari referensi teori bagaimana membangun sekolah unggulan tanpa melalui tes, ketemulah teori tentang multiple Intelligences, dari teori itu, terus kita pelajari ternyata salah satunya untuk dapat mengetahui kecerdasan anak melalui suatu metode yang disebut MIR itu, kemudian kami menerapkan teori tersebut, semua siswa diterima karena memiliki kecerdasan yang berbeda-beda.”
Hasil wawancara dengan bapak Nasrul Harahap, S.Pd, I selaku kepala sekolah menjelaskan metode atau riset Multiple Intelligences Research (MIR) sebagai berikut :
MIR merupakan salah satu metode untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan anak yang turun menjadi gaya belajar atau metode pengelompokan kelas berdasarkan kecerdasan anak dan menyusun strategi pelajaran.”
Wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd.I ada referensi dalam melaksanakan metode Multiple Intelligences Research (MIR) menjelaskan:
MIR di MI Muhammadiyah PK Kartasura baru bisa beli langsung dari yang menyusun MIR tersebut, kalau buku dari teorinya Gandner dan Amstrong, Gandner dari teori nya MIR sendiri sementara amstrong dari dunia psikologinya”

Dalam wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd.I selaku kepala sekolah menyebutkan yang menjadi penyelenggara metode atau riset Multiple Intelligences Research (MIR) dan orang yang terlibat adalah:
“Pelaksana MIR atau mengumpulkan data dari guru tersendiri yang mempunyai sertifikat intreviwer yang sebelumnya intreview di seleksi dari penyusun tersebut, sementara yang menganalisis dari penyusun MIR ataupsikolog tersebut, ada 5 orang yang memenuhi syarat menjadi interviewer di MI Muhammadiyah PK Kartasura, tidak semua orang bisa menjadi interviewer. Ada ketentuan khusus untuk menjadi interviewer.”
b.      Analisis Implementasi Multiple Intelligences Research (MIR) di MI Muhammadiyah PK Kartasura
MI Muhammadiyah PK Kartasura dalam sejak tahun 2011 mengelompokan kelas yang efektif yang sesuai dengan kecerdasan anak dan gaya belajarnya menggunakan metode atau riset Multiple Intelligences Research (MIR).
Hasil Wawancara dengan Bapak Nasrul Harahap S.Pd.I Implementasi atau pelaksanaan metode Multiple Intelligences Research (MIR) sebagai berikut:
“Pelaksanaannya dengan menghadirikan orang tua asuh, belum tentu orang tua kandung , karena orang tua kandung belum tentu mengasuh, karena nanti yang diteliti habbit anak atau kebiasaan anak jadi nanti dihadirkan orang tua asuh dan anak untuk diwawancarai seputar kebiasaan anak. Informasi dari anak dan informasi orang tua digabungkan cocok tidak. Orang tua asuh adalah orang yang paling dekat dengan anak dirumah.”

Hasil wawancara dengan kepala sekolah saat implementasi metode Multiple Intelligences Research (MIR) di MIM PK Kartasura mengalami kendala yaitu :
“Ada, orang tua tidak jujur, yang dihadirkan tidak orang tua asuh atau tidak dekat dengan anak yang menyebabkan error analisis jadi tidak sesuai kenyataan, nanti akan MIR ulang dikelas 3, jadi kemungkinan naikkelas 4 akan berubah kelasnya, komposisi anak anak akan berubah.karena menurut gandner kecerdasan itu kan dinamis bukan statis, jadi bisa berkurang dan bertambah, jadi memungkinkan untuk pindah kelas.”

Hasil Wawancara dengan kepala sekolah menyampaikan ada faktor yang mendukung dan menghambat metode Multiple Intelligences Research (MIR) di MIM PK Kartasura sebagai berikut :
“Faktor yang mendukung program utama dalam pintu  masuk MI muhammadiyah PK kartasura yang harus dilakukan, semua siswa wajib melakukan MIR selain itu memiliki tenaga interviewer dan kerjasama dengan Nex Edu Surabaya yang memperlancar proses penyelenggaraan MIR. Faktor yang menghambat waktu, menghadirkan orang tua itu sulit dan juga keterbatasan waktu interviewer yang harus menjadwalkan wawancara.

Hasil Wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S. Pd.I mengatakan kendala yang paling sering ditemui guru saat akan mengajar kelas yang berbeda berdasar hasil metode Multiple Intelligences Research (MIR) adalah:
“Strategi yang dipilih harusnya berbeda dalam setiap kelas yang membutuhkan pemikiran yang tidak mudah tetapi mungkin karena waktu dan lain sebagainya membuat menggunakan strategi yang sama itulah yang membuat kegagagalan. Strategi sebenarnya boleh sama tetapi teknik penyampaian harusnya berbeda.”

Hasil wawancara Kepala sekolah bapak Nasrul Harahap S.Pd.I menjelaskan pembuatan strategi pembelajaran dalam tiap kelas dilakukan dengan cara sebagai berikut :
“ada dua macam, ada sudah yang dikasih strategi ini cocok dengan kelas ini tapi disisi lain guru juga diberi kebebasan untuk memilih strategi. Itu sudah wilayah full dalam pemilihan strategi.”

Kemudian bapak Nasrul Harahap S.Pd.I menjelaskan dalam menyiapkan media guru dalam tiap kelas sebagai berikut :
“Ada dua juga. Ada yang disiapkan, ada yang membawa sendiri atau membuat sendiri. Alat-alat peraga seperti peta, globe dan lain sebagainya sudah disiapkan sekolah, Bahan-bahan mentah juga biasanya sudah di siapkan sekolah, biaya ditanggung sekolah apabila guru membeli media sendiri, iya kadang siswa membawa sendiri, menyesuaikan kebutuhan yang digunakan seperti rumput dan lain-lain.”
Hasil Wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd.I selaku kepala sekolah interaksi antara siswa dan guru dalam pembelajaran berdasarkan hasil metode Multiple Intelligences Research (MIR) sebagai berikut:
“Tergantung strategi yang digunakan dalam proses pelajaran, hasil MIR membantu dalam interaksi dengan siswa karena sudah memahami teori MIR yang sudah mengetahui gaya belajar siswa, yang menyebabkan interaksi siswa dengan guru terjalin dengan baik.”

Kemudian menurut Bapak Nasrul Harahap S.Pd.I interaksi antara siswa dengan siswa lain dalam pembelajaran berdasarkan hasil metode Multiple Intelligences Research (MIR) menyampaikan penjelasan berikut:
“Iya membuat nyambung karena memiliki kecerdasan atau kesukaan yang sama, contohnya anak kinestetik akan senang diajak berlari dengan temannya yang anak kenestetik juga tetapi anak lingustik belum tentu mau. Belajar disini yang terpenting adalah kenyamanan, untuk konten masuk itu no 17, walaupun sudah mengakar dimasyarakat kalau belajar itu pinter mengerjakan soal, yang terpenting disini konsentrasi dengan perkembangan kecerdasan anak.”

Hasil Wawancara dengan kepala sekolah perbedaan yang paling mencolok  antara pembelajaran yang sesuai pengelompokan  berdasarkan hasil metode Multiple Intelligences Research (MIR) dengan pembelajaran sesuai pengelompokan secara acak adalah :
“Perbedaan yang paling mencolok pola komunikasi dan kenyamanan, misalnya kalau anak lingustik, anak kinestetik, anak lainnya menjadi satu kelas akan membuat kesulitan bagi guru dalam proses pembelajaran”

Hasil wawancara dengan kepala sekolah yang juga mengajar di kelas guru dalam menyikapi Implementasi pengelompokan kelas berdasar hasil metode Multiple Intelligences Research (MIR) sebagai berikut:
“Karena sadar belajar anak dengan anak belajar dewasa itu berbeda jadi guru harus masuk didunia anak, guru haruslah berfikir dan banyak kreativitas dan tidak membosankan.”
Hasil Wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd. I menyatakan ketersesuaian pengelompokan kelas dan pembelajarannya dari hasil metode Multiple Intelligences Research (MIR) di MIM PK Kartasura dengan gaya belajar siswa sebagai berikut :
“Iya sebisa mungkin sesuai kecuali ada error analisis, iktiar disini sudah sesuai dengan gaya belajar siswa, karenateori  ini juga karya manusia.”

Hasil wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd.I selaku kepala sekolah evaluasi pembelajaran dilakukan :
“Setiap saat setelah pembelajaran setiap khusus melalui Guardian Angel (GA), kalau secara umum ada setiap semester atau habis ujian.”
c.         Analisis Evaluasi Implementasi Multiple Intelligences Research (MIR) di MI Muhammadiyah PK Kartasura
Hasil wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd, I selaku kepala sekolah yang melakukan evaluasi dan monitoring terhadap implementasi pengelompokan kelas berdasar hasil metode Multiple Intelligences Research (MIR) adalah:
Guardian Angel (GA) kalau pembelajarannya, kalau pengelompokan dari Tim MIR, monitoring bisa dari pihak sekolah bisa dari Nex Edu Surabaya.”

Kemudian bapak Nasrul Harahap S.Pd.I menjelaskan  evaluasi dan monitoring sebagai berikut:
“Monitoring dilakukan bye phone atau email, sudah sesuai belum, sudah lengkap belum dicek dari sana setiap saat tidak tentu.
d.        Analisis guru terhadap Implementasi Multiple Intelligences Research (MIR) untuk pengelompokan kelas dan pembelajarannya
Hasil wawancara dengan Kepala sekolah menjelaskan pembelajaran yang sesuai pengelompokan kelas berdasar hasil metode Multiple Intelligences Research (MIR) dengan pembelajaran yang sesuai pengelompokan acak sebagai berikut:
“Tentunya lebih mudah daripada kelas yang heterogen, beban guru lebih ringan walaupun tidak mudah dalam pengkondisiaanya perlu perjuangan, perlu ide kreatif.”

Hasil wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd.I selaku kepala sekolah persepsi mengenai implementasi Multiple Intelligences Research (MIR) dalam pengelompokan kelas dan pembelajarannya sebagai berikut:
“Karena saya mendalami sejak awal, ini menjadi terobosan kita bisa memiliki, membuat format baru agar anak-anak itu lebih enak dalam belajarnya, selama ini saya pandang sampai saat ini, biasanya hanya berdasarkan abjad, yang duluan mendaftar, atau berdasarkan peringkat. Berdasar peringkat itu juga bagus tetapi antara kelas satu dengan kelas yang lainya memiliki kesulitan cara pembelajaran yang berbeda karena kelas memiliki kecerdasan logis-matematis yang berbeda dari tingkat tinggi ke tingkat yang rendah. Sampai saat ini pengelompokan yang terbaik adalah pengelompokan dengan Multiple Intelligences Research (MIR) sampai saat ini, kecuali kalau ada teori yang baru lagi seperti teori kecerdasan gardner yang berkembang”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar