Fokus
Subfokus dan Wawancara Penelitian Kualitatif
Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan (Kualitatif)
Dosen Pengampu: Prof. Dr.
Bambang Sumardjoko
Disusun oleh:
NAMA :
ARFAN
RIFQI FAUZI
NIM :
Q100160069
KELAS :
I A
MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
A.
Fokus Masalah :
Implementasi Multiple
Intelligences Research (MIR)
B. Judul
:
Implementasi Multiple
Intelligences Research (MIR)
Dalam Pengelompokan Kelas dan Pembelajarannya Studi Kasus di MIM PK Kartasura
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Implementasi pengelompokan kelas
berdasarkan Multiple Intelligences
Research (MIR) di MI Muhammadiyah PK Kartasura?
2.
Bagaimana keterkaitan antara
pengelompokan kelas berdasarkan Multiple Intelligences Research (MIR) dengan model pembelajaran audiotorial, visual, dan kinestetik sesuai
dengan kecerdasan yang dimiliki anak di MI Muhammadiyah PK Kartasura?
D. Wawancara
a.
Analisis persiapan Implementasi Multiple Intelligences Research (MIR) di MI Muhammadiyah PK Kartasura
MI Muhammadiyah PK Kartasura beralamatkan di Jl.
Slamet Riyadi No. 80 Kartasura merupakan sekolah pertama di wilayah surakarta
yang menerapkan metode atau riset Multiple
Intelligences Research dalam pengelompokan kelas dan pembelajarannya. Bapak
Nasrul Harahap, S Pd.I selaku kepala sekolah MI Muhammadiyah PK Kartasura
memberikan keterangan latar belakang menerapkan metode atau riset Multiple Intelligences Research
“Awal mulanya melihat
fenomena masyarakat bahwa yang ada sekolah sekarang harus ada syarat-syarat
khusus atau harus melalui tes, kenapa sekolah harus dites, kenapa harus banyak
syarat, kenapa sekolahunggulan identik dengan masuknya sulit melalui tes,
berawal dari itu kita mencari referensi teori bagaimana membangun sekolah
unggulan tanpa melalui tes, ketemulah teori tentang multiple Intelligences, dari teori itu, terus kita pelajari
ternyata salah satunya untuk dapat mengetahui kecerdasan anak melalui suatu
metode yang disebut MIR itu, kemudian
kami menerapkan teori tersebut, semua siswa diterima karena memiliki kecerdasan
yang berbeda-beda.”
Hasil wawancara dengan bapak Nasrul Harahap, S.Pd, I
selaku kepala sekolah menjelaskan metode atau riset Multiple Intelligences Research (MIR) sebagai berikut :
“MIR merupakan salah satu metode untuk mengetahui kecenderungan
kecerdasan anak yang turun menjadi gaya belajar atau metode pengelompokan kelas
berdasarkan kecerdasan anak dan menyusun strategi pelajaran.”
Wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd.I ada referensi dalam melaksanakan metode Multiple Intelligences Research (MIR) menjelaskan:
“MIR di MI Muhammadiyah PK Kartasura baru bisa beli langsung dari
yang menyusun MIR tersebut, kalau
buku dari teorinya Gandner dan Amstrong, Gandner dari teori nya MIR sendiri sementara amstrong dari
dunia psikologinya”
Dalam wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd.I selaku kepala sekolah menyebutkan yang menjadi
penyelenggara metode atau riset Multiple
Intelligences Research (MIR) dan
orang yang terlibat adalah:
“Pelaksana MIR atau mengumpulkan data dari guru
tersendiri yang mempunyai sertifikat intreviwer yang sebelumnya intreview di
seleksi dari penyusun tersebut, sementara yang menganalisis dari penyusun MIR ataupsikolog tersebut, ada 5 orang
yang memenuhi syarat menjadi interviewer di
MI Muhammadiyah PK Kartasura, tidak semua orang bisa menjadi interviewer. Ada ketentuan khusus untuk
menjadi interviewer.”
b.
Analisis Implementasi Multiple Intelligences Research (MIR) di MI Muhammadiyah PK Kartasura
MI Muhammadiyah PK Kartasura dalam sejak tahun 2011
mengelompokan kelas yang efektif yang sesuai dengan kecerdasan anak dan gaya
belajarnya menggunakan metode atau riset Multiple
Intelligences Research (MIR).
Hasil Wawancara dengan Bapak Nasrul Harahap S.Pd.I Implementasi atau pelaksanaan metode Multiple Intelligences Research (MIR) sebagai berikut:
“Pelaksanaannya dengan
menghadirikan orang tua asuh, belum tentu orang tua kandung , karena orang tua
kandung belum tentu mengasuh, karena nanti yang diteliti habbit anak atau
kebiasaan anak jadi nanti dihadirkan orang tua asuh dan anak untuk diwawancarai
seputar kebiasaan anak. Informasi dari anak dan informasi orang tua digabungkan
cocok tidak. Orang tua asuh adalah orang yang paling dekat dengan anak dirumah.”
Hasil wawancara dengan kepala sekolah saat implementasi
metode Multiple Intelligences Research
(MIR) di MIM PK Kartasura mengalami
kendala yaitu :
“Ada, orang tua tidak
jujur, yang dihadirkan tidak orang tua asuh atau tidak dekat dengan anak yang
menyebabkan error analisis jadi tidak sesuai kenyataan, nanti akan MIR ulang dikelas 3, jadi kemungkinan
naikkelas 4 akan berubah kelasnya, komposisi anak anak akan berubah.karena
menurut gandner kecerdasan itu kan dinamis bukan statis, jadi bisa berkurang
dan bertambah, jadi memungkinkan untuk pindah kelas.”
Hasil Wawancara dengan kepala sekolah menyampaikan ada
faktor yang mendukung dan menghambat metode Multiple
Intelligences Research (MIR) di
MIM PK Kartasura sebagai berikut :
“Faktor yang mendukung
program utama dalam pintu masuk MI
muhammadiyah PK kartasura yang harus dilakukan, semua siswa wajib melakukan MIR selain itu memiliki tenaga interviewer dan kerjasama dengan Nex Edu
Surabaya yang memperlancar proses penyelenggaraan MIR. Faktor yang menghambat waktu, menghadirkan orang tua itu sulit
dan juga keterbatasan waktu interviewer yang
harus menjadwalkan wawancara.
Hasil Wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S. Pd.I
mengatakan kendala yang paling sering ditemui guru saat akan mengajar kelas
yang berbeda berdasar hasil metode Multiple
Intelligences Research (MIR) adalah:
“Strategi yang dipilih
harusnya berbeda dalam setiap kelas yang membutuhkan pemikiran yang tidak mudah
tetapi mungkin karena waktu dan lain sebagainya membuat menggunakan strategi
yang sama itulah yang membuat kegagagalan. Strategi sebenarnya boleh sama
tetapi teknik penyampaian harusnya berbeda.”
Hasil wawancara Kepala sekolah bapak Nasrul Harahap
S.Pd.I menjelaskan pembuatan strategi pembelajaran dalam tiap kelas dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
“ada dua macam, ada sudah
yang dikasih strategi ini cocok dengan kelas ini tapi disisi lain guru juga
diberi kebebasan untuk memilih strategi. Itu sudah wilayah full dalam pemilihan
strategi.”
Kemudian bapak Nasrul Harahap S.Pd.I menjelaskan dalam
menyiapkan media guru dalam tiap kelas sebagai berikut :
“Ada dua juga. Ada yang
disiapkan, ada yang membawa sendiri atau membuat sendiri. Alat-alat peraga
seperti peta, globe dan lain sebagainya sudah disiapkan sekolah, Bahan-bahan
mentah juga biasanya sudah di siapkan sekolah, biaya ditanggung sekolah apabila
guru membeli media sendiri, iya kadang siswa membawa sendiri, menyesuaikan
kebutuhan yang digunakan seperti rumput dan lain-lain.”
Hasil Wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd.I selaku
kepala sekolah interaksi antara siswa dan guru dalam pembelajaran berdasarkan
hasil metode Multiple Intelligences
Research (MIR) sebagai berikut:
“Tergantung strategi yang
digunakan dalam proses pelajaran, hasil MIR
membantu dalam interaksi dengan siswa karena sudah memahami teori MIR yang sudah mengetahui gaya belajar
siswa, yang menyebabkan interaksi siswa dengan guru terjalin dengan baik.”
Kemudian menurut Bapak Nasrul Harahap S.Pd.I interaksi antara siswa dengan siswa lain dalam
pembelajaran berdasarkan hasil metode Multiple
Intelligences Research (MIR)
menyampaikan penjelasan berikut:
“Iya membuat nyambung
karena memiliki kecerdasan atau kesukaan yang sama, contohnya anak kinestetik
akan senang diajak berlari dengan temannya yang anak kenestetik juga tetapi
anak lingustik belum tentu mau. Belajar disini yang terpenting adalah
kenyamanan, untuk konten masuk itu no 17, walaupun sudah mengakar dimasyarakat
kalau belajar itu pinter mengerjakan soal, yang terpenting disini konsentrasi
dengan perkembangan kecerdasan anak.”
Hasil Wawancara dengan kepala sekolah perbedaan yang
paling mencolok antara pembelajaran yang
sesuai pengelompokan berdasarkan hasil
metode Multiple Intelligences Research (MIR) dengan pembelajaran sesuai
pengelompokan secara acak adalah :
“Perbedaan yang paling
mencolok pola komunikasi dan kenyamanan, misalnya kalau anak lingustik, anak
kinestetik, anak lainnya menjadi satu kelas akan membuat kesulitan bagi guru
dalam proses pembelajaran”
Hasil wawancara dengan
kepala sekolah yang juga mengajar di kelas guru dalam menyikapi Implementasi
pengelompokan kelas berdasar hasil metode Multiple
Intelligences Research (MIR)
sebagai berikut:
“Karena sadar belajar anak dengan anak belajar
dewasa itu berbeda jadi guru harus masuk didunia anak, guru haruslah berfikir
dan banyak kreativitas dan tidak membosankan.”
Hasil Wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd. I
menyatakan ketersesuaian pengelompokan kelas dan pembelajarannya dari hasil
metode Multiple Intelligences Research
(MIR) di MIM PK Kartasura dengan gaya
belajar siswa sebagai berikut :
“Iya sebisa mungkin
sesuai kecuali ada error analisis, iktiar disini sudah sesuai dengan gaya
belajar siswa, karenateori ini juga
karya manusia.”
Hasil wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd.I selaku
kepala sekolah evaluasi pembelajaran dilakukan :
“Setiap saat setelah
pembelajaran setiap khusus melalui Guardian
Angel (GA), kalau secara umum ada setiap semester atau habis ujian.”
c.
Analisis Evaluasi Implementasi Multiple Intelligences Research (MIR) di MI Muhammadiyah PK Kartasura
Hasil wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd, I
selaku kepala sekolah yang melakukan evaluasi dan monitoring terhadap
implementasi pengelompokan kelas berdasar hasil metode Multiple Intelligences Research (MIR) adalah:
“Guardian Angel (GA) kalau pembelajarannya, kalau pengelompokan dari
Tim MIR, monitoring bisa dari pihak
sekolah bisa dari Nex Edu Surabaya.”
Kemudian bapak Nasrul Harahap S.Pd.I menjelaskan evaluasi dan monitoring sebagai berikut:
“Monitoring dilakukan bye
phone atau email, sudah sesuai belum, sudah lengkap belum dicek dari sana
setiap saat tidak tentu.
d.
Analisis guru terhadap Implementasi Multiple Intelligences Research (MIR) untuk pengelompokan kelas dan
pembelajarannya
Hasil wawancara dengan Kepala sekolah menjelaskan
pembelajaran yang sesuai pengelompokan kelas berdasar hasil metode Multiple Intelligences Research (MIR) dengan pembelajaran yang sesuai
pengelompokan acak sebagai berikut:
“Tentunya lebih mudah
daripada kelas yang heterogen, beban guru lebih ringan walaupun tidak mudah
dalam pengkondisiaanya perlu perjuangan, perlu ide kreatif.”
Hasil wawancara dengan bapak Nasrul Harahap S.Pd.I selaku
kepala sekolah persepsi mengenai implementasi Multiple Intelligences Research (MIR) dalam pengelompokan kelas dan pembelajarannya sebagai berikut:
“Karena saya mendalami
sejak awal, ini menjadi terobosan kita bisa memiliki, membuat format baru agar
anak-anak itu lebih enak dalam belajarnya, selama ini saya pandang sampai saat
ini, biasanya hanya berdasarkan abjad, yang duluan mendaftar, atau berdasarkan
peringkat. Berdasar peringkat itu juga bagus tetapi antara kelas satu dengan
kelas yang lainya memiliki kesulitan cara pembelajaran yang berbeda karena
kelas memiliki kecerdasan logis-matematis yang berbeda dari tingkat tinggi ke
tingkat yang rendah. Sampai saat ini pengelompokan yang terbaik adalah
pengelompokan dengan Multiple
Intelligences Research (MIR)
sampai saat ini, kecuali kalau ada teori yang baru lagi seperti teori
kecerdasan gardner yang berkembang”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar