PAPER
“PERAN FILSAFAT DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA”
Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan dan Pembelajaran
Dosen Pengampu: Dr. Anam
Sutopo
Disusun oleh:
NAMA :
ARFAN
RIFQI FAUZI
NIM :
Q100160069
KELAS :
I A
MAGISTER ADMINISTRASI
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2016
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat merupakan ilmu yang
mempelajari semua yang ada di dunia ini. Filsafat mempunyai cakupan yang sangat
luas, sehingga banyak sekali yang dapat kita pelajari di dalam filsafat. Ketika
kita melakukan aktifitas sehari-hari, kita tak luput dari belajar tentang
filsafat. Menurut Depag (2001) filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari atutan-aturan atau norma dalam kehidupan. Mempelajari filsafat
adalah belajar tentang hidup, bagaimana hidup kita bisa berguna untuk diri
sendiri dan juga orang lain.
Belajar filsafat adalah belajar
mengenai yang ada dan yang mungkin ada, yang artinya dalam hal ini belajar
matematika dengan menggunakan filsafat adalah belajar yang bermain dengan
logika. Begitu juga peran filsafat ilmu dalam proses pembelajaran matematika
sebagai dasar dalam berpijak. Kita ketahui bahwa filsafat merupakan dasar dan
pijakan berbagai ilmu lain, karena dalam pembelajaran matematika peran filsafat
ilmu tidak dapat dipisahkan terutama dalam mengkaitkan yang bermacam-macam
permasalahan matematika sehingga menjadi suatu rangkaian yang saling berkaitan
atau setidak-tidaknya mencari hubungan permasalahan tersebut. Begitu juga kita
ketahui bahwa matematika dipandang sebagai ilmu yang berkaitan dengan cara
berpikir, dengan tujuan akhir bahwa ilmu filsafat dan proses pembelajaran
matematika yaitu mencari kebenaran. Dalam menemukan jawaban kebenaran
pembelajaran matematika tidak terlepas dari metode ilmiah (dedukti dan
Induktif), hal ini sejalan dengan peran filsafat ilmu yang mengedepankan suatu
rangkaian yang saling berkaitan untuk mencari jawaban. Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, makalah ini mengkaji tentang peran filsafat dalam
pembelajaran matematika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang makalah ini, maka rumusan masalah makalah ini adalah “ Bagaimana peran
filsafat dalam pembelajaran matematika”
C.
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut untuk mendeskripsikan peran filsafat dalam pembelajaran
matematika
D.
Manfaat
Hasil
penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.
Penulis, yaitu dapat menambah wawasan pengetahuan tentang peran filsafat dalam
pembelajaran matematika.
2.
Pembaca, yaitu sebagai bahan informasi pengetahuan tentang peran filsafat dalam
pembelajaran matematika.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Definisi Filsafat
Menurut Depag (2001) Kata falsafah
atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa
Arab فلسفة, yang juga diambil dari
bahasa Yunani ; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini
merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta
dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya
adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Jadi Filsafat adalah pandangan hidup
seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan
yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang
sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Harold H. Titus (dalam depag, 2001)
mengemukakan 4 pengertian falsafat sebagai berikut : 1) Philosophy is an
attitude toward life and the universe (Filsafat ialah ilmu suatu sikap tentang
hidup dan tentang dunia/alam semesta). 2) Philosophy is a method of reflective
thinking and reasoned inquiry (Filsafat ialah satu metode pemikiran reflective
dan penyelidikan akliyah). 3) Philosopy is a group of problem (Filsafat ialah
satu perangkat atau kumpulan masalah). 4) Philosopy is a group system of
thought (Filsafat ialah satu perangkat teori atau system pemikiran)
Berdasarkan urain pendapat diatas,
maka penulis dapat menyimpulkan filsafat adalah satu kesatun dari perjalanan
hidup manusia secara sadar yang mempelajari pola kehidupan yang terjadi dialam
dunia dengan berpijak kepada kebijaksanaan dan kebenaran dalam pengambilan
keputusan.
B.
Definisi Ilmu
Depdiknas (2003) Ilmu berasal dari
bahasa Arab: ‘alima, ya‘lamu, ‘ilman yang berarti mengerti, memahami
benar-benar. Dalam bahasa Inggris ilmu disebut science dan bahasa latin
scientia (pengetahuan). Dalam kamus besar bahasa Indonesia Ilmu diartikan sebagai
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu dibidang pengetahuan.
Ada orang yang menamakannya ilmu,
ada yang menamakannya ilmu pengetahuan, dan ada pula yang menyebutnya saint.
Keberagaman istilah tersebut adalah suatu usaha untuk melahirkan padanan
(meng-Indonesiakan) kata science yang asalnya dari bahasa Inggris.
Menurut Bakhtiar (2004) Dari segi
maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang dibaca dalam pustaka menunjukkan pada
sekurang-kurangnya tiga hal: pengetahuan, aktivitas dan metode. Dalam hal yang
pertama dan ini yang terumum, Ilmu senantiasa berarti pengetahuan. Diantara
fara filsuf dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah
suatu kumpulan yang sistimatis dari pengetahuan yang dihimpun dengan
perantaraan metode ilmiah.
Pengetahuan sesungguhnya hanyalah
hasil atau produk dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Dengan
demikian dapatlah dipahami bilamana ada makna tambahan dari ilmu sebagai
aktivitas. Menurut Prof Harold H Titus (dalam Suriasumantri, 2005) banyak orang
telah mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh
pengetahuan yang objective dan dapat diperiksa kebenarannya.
Pengertian ilmu sebagai
pengetahuan, aktivitas atau metode itu bila ditinjau lebih mendalam
sesungguhnya tidak saling bertentangan. Bahkan sebaliknya, ketiga hal itu
merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu harus diusahakan
dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode
tertentu dan aktivitas itu menghasilkan pengetahuan yang sistimatis.
C.
Definisi Matematika
Matematika diambil dari bahasa
Yunani, (μαθηματικά – mathēmatiká) Perkataan itu mempunyai akar kata mathema
yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,science), secara umum ditegaskan
sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan,dan ruang: tak lebih resmi,
seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam
pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan
struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan
lain tergambar dalam filosofi matematika.
Menurut
Suriasumantri (1981) Beberapa aliran dalam filsafat matematika :
1. Aliran
Logistik
a. Pelopornya
: Immanuel Kant (1724 – 1804)
b. Berpendapat
bahwa matematika merupakan cara logis (logistik) yang salah atau benarnya dapat
ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris.
c. Matematika
murni merupakan cabang dari logika, konsep matematika dapat di reduksikan
menjadi konsep logika.
2.
Aliran Intuisionis
a. Pelopornya
: Jan Brouwer (1881 – 1966)
b. Berpendapat
bahwa matematika itu bersifat intusionis.
c. Intuisi
murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika bilangan. Hakekat
sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui kegiatan intuitif dalam berhitung
dan menghitung.
3.
Aliran Formalis
a. Pelopornya
: David Hilbert (1862 – 1943)
b. Berpendapat
bahwa matematika merupakan pengetahuan tentang struktur formal dari lambang .
Kaum formalis menekankan pada aspek formal dari matematika sebagai bahasa
lambang dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan matematika sebagai bahasa
lambang.
c. Kaum
Formalis membantah aliran logistik dan menyatakan bahwa masalah-masalah dalam
logika sama sekali tidak ada hubungan dengan matematika
Matematika adalah cara/ metode berpikir
dan bernalar. Matematika adalah cara berpikir yang digunakan untuk memecahkan
semua jenis persoalan. Matematika bila ditinjau dari segi epistemology
ilmu bukanlah ilmu. Ia lebih merupakan
artificial yang bersifat eksak, cermat dan terbebas dari rona emosi. Matematika
adalah logika yang telah berkembang, yang memberikan sifat kuantitatif kepada
pengetahuan keilmuan. Matematika merupakan sarana berfikir deduktif yang amat
berguna untuk membangun teori keilmuan dan menurunkan prediksi-prediksi, dan
untuk mengkomunikasikan hasil-hasil kegiatan keilmuan dengan benar dan jelas
dan secara singkat dan jelas. Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika mempunyai
“artificial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya.
(http://lela68.wordpress.com/2009/05/28/filsafat-ilmuilmu-dan-matematika/Di
akses 2 Oktober 2010)
D. Hakekat Matematika
1.Matematika
sebagai sarana berpikir deduktif
Matematika dikenal dengan ilmu deduktif.
Ini berarti proses pengerjaan matematika harus bersifat deduktif. Matematika
tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif), tetapi harus
berdasarkan pembuktian deduktif. Meskipun demikian untuk membantu pemikiran
pada tahap-tahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan contoh-contoh
khusus atau ilustrasi geometris.
Perlu pula diketahui bahwa baik isi
maupun metode mencari kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu
pengetahuan alam, apalagi dengan ilmu pengetahuan umum. Metode mencari
kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah ilmu deduktif, sedangkan oleh
ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif atau eksperimen. Namun dalam
matematika mencari kebenaran itu bisa dimulai dengan cara induktif, tetapi
seterusnya generalisasi yang benar untuk semua keadaan harus bisa dibuktikan secara
deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi, sifat, teori atau dalil itu
belum dapat diterima kebenarannya sebelum dapat dibuktikan secara deduktif.
Sebagai contoh, dalam ilmu biologi berdasarkan pada pengamatan, dari beberapa
binatang menyusui ternyata selalu melahirkan. Sehingga kita bisa membuat
generalisasi secara induktif bahwa setiap binatang menyusui adalah melahirkan.
Generalisasi yang dibenarkan dalam
matematika adalah generalisasi yang telah dapat dibuktikan secara deduktif.
Contoh: untuk pembuktian jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap.
Pembuktian secara deduktif sebagai berikut : andaikan m dan n sembarang dua
bilangan bulat maka 2m+1 dan 2n+1 tentunya masing-masing merupakan bilangan
ganjil. Jika kita jumlahkan (2m+1) + (2n+1) = 2(m+n+1). Karena m dan n bilangan
bulat maka (m+n+1) bilangan bulat,
sehingga 2(m+n+1) adalah bilangan genap. Jadi jumlah dua bilangan ganjil selalu
genap. (http://lela68.wordpress.com/2009/05/28/
filsafat-ilmuilmu-dan-matematika/Di akses 2 Oktober 2010)
2.
Matematika bersifat terstruktur
Menurut Ruseffendi (Tim MKPBM, 2001;25)
matematika mempelajari tentang pola keteraturan, tentang struktur yang
terorganisasikan. Hal ini dimulai dari unsure-unsur yang tidak terdefinisikan
kemudian pada unsur yang didefinisikan, ke aksioma/postulat dan akhirnya pada
teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur,
logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada
konsep yang paling kompleks.
Dalam matematika terdapat topik atau
konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya.
Ibarat membangun rumah, maka fondasi harus kokoh. Contohnya konsep bilangan
genap. Bilangan genap adalah bilangan bulat yang habis dibagi dua. Sebelum
membahas bilangan genap, siswa harus memahami dulu konsep bilangan bulat dan
pengertian habis dibagi dua sebagai konsep prasyarat.
Dari unsur-unsur yang tidak terdefinisi
itu selanjutnya dapat dibentuk unsur-unsur matematika yang terdefinisi.
Misalnya segitiga adalah lengkungan tertutup sederhana yang merupakan gabungan
dari tiga buah segmen garis. Dari
unsur-unsur yang tidak terdefinisi dan unsur-unsur yang terdefinisi
dapat dibuat asumsi-asumsi yang dikenal dengan aksioma atau postulat.
Misalnya: melalui sebuah titik sembarang
hanya dapat dibuat sebuah garis kesuatu
titik yang lain.
Tahap selanjutnya dari unsur-unsur yang
tidak terdefinisi, unsur-unsur yang terdefinisi, dan aksioma atau postulat
dapat disusun teorema-teorema yang kebenarannya harus dibuktikan secara
deduktif dan berlaku umum. Misalnya : jumlah ukuran ketiga sudut dalam sebuah
segitiga adalah 180 derajat. http://lela68.wordpress.com/2009/05/28/
filsafat-ilmuilmu-dan-matematika/Di akses 2 Oktober 2010
3.
Matematika sebagai Ratu dan Pelayan Ilmu
Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu
dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain dan pada
perkembangannya tidak tergantung pada ilmu lain. Dengan kata lain, banyak
ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika. Sebagai
contoh : banyak teori-teori dan cabang-cabang dari fisika dan kimia yang
ditemukan dan dikembangkan melalui konsep kalkulus. Teori mendel pada Biologi
melalui konsep pada probabilitas. Teori ekonomi melalui konsep fungsi dan sebagainya.
Dari kedudukan matematika sebagai ratu
ilmu pengetahuan matemaika selain tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri
juga untuk melayani kebutuhan ilmu pengetahuan lainnya dalam pengembangan dan
operasinya. Cabang matematika yang memenuhi fungsinya seperti yang disebutkan
terakhir itu dinamakan dengan matematika Terapan (Applied Mathematic).
(http://lela68.wordpress.com/2009/05/28/filsafat-ilmuilmu-dan-matematika/Di
akses 2 Oktober 2010)
4. Matematika sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.
Lambang-lambang matematika baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan
padanya. Tanpa itu maka matematika hanyalah merupakan kumpulan unsur-unsur yang
mati.
Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan
yang sangat mengganggu karena terkadang mempunyai lebih dari satu arti. Untuk
mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita berpaling pada
matematika. Dalam hal ini dapat kita katakan bahwa matematika adalah bahasa
yang berusaha untuk menghilangkan sifat kabur, majemuk, danemosional dari
bahasa verbal. Lambang-lambang darimatematika dibuat secara ”artifisial” yakni
baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan. Dan bersifat individual
yaitu berlaku khusus untuk masalahyang sedang kita kaji.
(http://id.wikipedia.org/wiki/matematika″
Kategori: Matematika)
5.
Matematika bersifat kuantitatif
Dengan bahasa verbal kita bisa
membandingkan dua objek yang berlainan umpamanya gajah dan semut, maka kita hanya bisa
mengatakan gajah lebih besar daripada semut, kalau ingin menelusuri lebih
lanjut berapa besar gajah dibandingkan dengan semut, maka kita mengalami
kesulitan dalam mengemukakan hubungan itu, bila ingin mengetahui secara eksak
berapa besar gajah bila dibandingkan dengan semut, maka dengan bahasa verbal
tidak dapat mengatakan apa-apa.
Matematika mengembangkan konsep
pengukuran, lewat pengukuran dapat mengetahui dengan tepat berapa panjang.
Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif.
Kita mengetahui bahwa sebatang logam bila dipanaskan akan memanjang, tetapi
tidak bisa mengatakan berapa besar pertambahan panjang logamnya.
Untuk itu matematika mengembangkan konsep
pengukuran, lewat pengukuran, maka kita dapat mengetahui dengan tepat berapa
panjang sebatang logam dan berapa pertambahannya bila dipanaskan, Dengan
mengetahui hal ini maka pernyataan ilmiah yang berupa pernyataan kualitatif
seperti sebatang logam bila dipanaskan akan memanjang, dapat diganti dengan
pernyataan matematika yang lebih eksak umpamanya : P1 = Po (1+n), dimana P1
adalah panjang logam pada temperatur t, Po merupakan panjang logam pada
temperatur nol dan n merupakan koefisien pemuai logam tersebut.
(http://id.wikipedia.org/wiki/matematika″
Kategori: Matematika)
PEMBAHASAN
Dalam pembelajaran matematika sejak
dini siswa sudah di didik untuk menggunakan logika sehari-hari yang tentunya
akan menjadi lebih mudah bagi siswa dalam menerima dan memahami pelajaran
matematika. Penyampaian materi pelajaran matematika menjadi sangat menarik dan
lebih diutamakan dengan bimbingan guru. Dengan ini siswa mampu menemukan konsep
dan rumus-rumus matematika dasar sehingga siswa sangat menyukai dan menumbuhkan
semangat eksplorasi dunia angka, bilangan dan konsep matematika yang lebih
rumit
Penyampaian suatu materi pelajaran
matematika akan menjadi sedikit lebih lama dibandingkan penyampaian materi
dengan metode biasa (konvensional). Namun, dengan implementasi filsafat sebagai
latar belakang lahirnya suatu konsep matematika, maka setiap siswa diharapkan
mampu dan mau mempelajarinya sampai tuntas dan mencintai matematika dengan
lebih mendalam. Menurut Bakhtiar (2004) manfaat yang ditimbulkan dari
implementasi filsafat matematika pada pelajaran matematika di sekolah yaitu
nilai pelajaran matematika akan meningkat. Bukan itu saja, kecintaan siswa pada
pelajaran matematika menjadi lebih nyata dan jauh dari abstrak (bisa menjawab
soal tapi tidak memahami konsepnya!)
Anak dari berbagai usia berfikir
sesuai dengan tingkat usianya. Matematika adalah subjek ideal yang mampu
mengembangkan proses berpikir anak dimulai dari usia dini, usia pendidikan
kelas awal (pendidikan dasar), pendidikan menengah, pendidikan lajutan dan
bahkan sampai mereka berada di bangku perkuliahan. Hal ini diberikan untuk
mengetahui dan memakai prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari baik itu
mengenai perhitungan, pengerjaan soal, pemecahan masalah kehidupan di
lingkungan sekolah ataupun di lingkungan masyarakat.
Khusus untuk siswa, matematika
sangat berguna sekali bagi mereka untuk mengembangkan proses berfikir mereka
mulai dari hal-hal yang sederhana sampai kepada hal-hal yang rumit. Tahapan
dimana siswa sudah bisa mempraktekkan matematika dalam kehidupan sehari-hari
yang tentunya juga ditunjang oleh berbagai cara serta metode pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa. Hal ini sesuai dengan tingkat perkembangan anak kelas
yang cenderung bermain dan belajar
Tidak bisa dipungkiri, siapapun
akan bangga jika punya anak pintar matematika atau paling tidak nilai
matematikanya selalu bagus. Sehingga orang tuapun tidak segan-segan untuk
memberikan atau mengikutkan anak-anak mereka les tambahan untuk mata pelajaran
matematika dengan harapan anak-anak mereka mendapatkan nilai yang bagus. Pada
hal nilai bagus yang didapatkan oleh anak-anak mereka dalam berhitung saja
tidak cukup kalau tidak bisa menganalisis atau merubah dari soal cerita ke
bahasa matematika dan mengembalikan lagi ke dalam soal cerita atau kalau tidak
bisa menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari (Problem Solving). Maka
tidak jarang anak-anak yang bagus nilainya di kelas awal akan mengalami
kesulitan atau turun nilainya pada tahap kelas tinggi, menengah, atas dan
kuliah.
Matematika merupakan cabang mata pelajaran yang luas cakupannya dan
bukan hanya sekedar bisa berhitung atau mensubtitusikan ke rumus saja tetapi
mencakup beberapa kompetensi yang menjadikan siswa tersebut dapat memahami dan
mengerti tentang konsep dasar matematika. Belajar matematika juga membutuhkan
kemampuan bahasa, untuk bisa mengerti soal-soal atau mengerti logika, juga
imajinasi dan kreativitas. Dan sekiranya dipergunakan dalam lingkungan sekolah
, yaitu antara guru dan siswa maka kuncinya adalah mengambil contoh dalam hidup
sehari-hari dan dibuat semenarik mungkin.
Agar tercapainya semua itu maka
peranan guru sangat penting dalam pembelajaran ini. Keterampilan mengajar
merupakan kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari
berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Ada delapan keterampilan
mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu
keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan,
membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola
kelas, serta mengajar kelompok kecil atau perorangan. Penguasaan terhadap
keterampilan mengajar tersebut harus untuh dan terintegrasi. Dipandang dari
segi lain seorang guru harus mempunyai pendekatan dan metode pembelajaran yang
akan dilaksanakan dan memilih metode-metode pembelajaran yang efektif serta
berusaha memberikan variasi dalam metode pembelajaran agar tidak kelihatan atau
menyebabkan siswa atau peserta didik jenuh. Jika hal ini diterapkan, maka
dituntut sekali inisiatif guru untuk melakukan variasi dan krativitas guru.
Guru merupakan seorang figur yang menjadi tauladan dan pedoman bagi siswa dalam
bidang pendidikan dan pengajaran. Guru merupakan nara sumber yang akan
memberikan dan menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi
siswa, terutama sekali dalam hal pemahaman dan penyelesaian mata pelajaran
matematika. Tetapi hal tersebut kemungkinan besar tidak sampai pada tahap yang
diharapkan. segala macam bentuk persoalan yang akan diberikan kepada siswa
harus menggambarkan persoalan yang ditemui sehari-hari atau dengan kata lain
yang berdekatan dengan pengalaman empiris peserta didik di lapangan. Jadi
dengan adanya kegiatan pembelajaran yang mengaitkan langsung dengan kehidupan
nyata peserta didik akan dengan mudah dipahami dan dimengerti oleh peserta
didik
Filsafat merupakan ilmu yang
mempelajari semua yang ada di dunia ini. Filsafat mempunyai cakupan yang sangat
luas, sehingga banyak sekali yang dapat kita pelajari di dalam filsafat. Ketika
kita melakukan aktifitas sehari-hari, kita tak luput dari belajar tentang
filsafat. Menurut Depag (2001) filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari atutan-aturan atau norma dalam kehidupan. Mempelajari filsafat adalah
belajar tentang hidup, bagaimana hidup kita bisa berguna untuk diri sendiri dan
juga orang lain.
Di perguruan tinggi filsafat
menjadi salah satu maka kuliah yang dipelajari. Menurut Bakhtiar (2004)
filsafat di perguruan tinggi berbeda dengan filsafat dalam kehidupan
sehari-hari. Filsafat yang dibahas di sini PT bersifat lebih khusus. Misalnya
dalam pendidikan matematika, filsafatnya adalah filsafat pendidikan matematika.
Dalam pendidikan matematika, belajar filsafat adalah belajar pikiran para
filsuf. Dengan kita mempelajari pikiran para filsuf, kita akan memahami tentang
filsafat itu. Selain itu berfilsafat adalah berpikir dalam koridor spiritual,
etik dan estetika. Setinggi-tinggi orang berfilsafat adalah sopan santun
terhadap ruang dan waktu. Dalam filsafat yang kita pelajari mencakup yang ada
dan yang mungkin ada
Filsafat yang dipelajari di
perguruan tinggi akan membantu guru untuk dapat menerapkan filsafat dalam
pembelajaran di sekolah. Menurut Ebbutt dan Straker (1995) hakekat matematika
sekolah mencakup 4 hal yaitu: a). Kegiatan penulusuran pola/hubungan; b).
Kegiatan problem solving; c). Kegiatan investigasi; dan terakhir d). Kegiatan
komunikasi. Penerapan hakekat matematika sekolah tersebut merupakan salah satu
peran filsafat dalam pembelajaran di sekolah.
(http://lela68.wordpress.com/2009/05/28/filsafat-ilmuilmu-dan-matematika/Di
akses 2 Oktober 2010)
Dengan hakekat matematika sekolah
tersebut diharapkan siswa akan dapat membangun matematikanya sendiri. Siswa
dituntut untuk lebih kreatif dan aktif dalam proses pembelajaran sehingga guru
hanya berperan sebagai pendamping dalam pembelajaran, sedangkan siswa
mengkonstruksikan matematikanya sendiri
Filsafat sebagai ilmu dari segala
ilmu, maka penerapan filsafat dalam pembelajaran di sekolah menjadi salah satu
hal yang menarik perhatian. Mengapa demikian? Karena biasanya filsafat hanya
ada di perguruan tinggi, namun pada zaman sekarang filsafat juga ada di
sekolah. Walaupun hanya sebagai pelengkap dalam pembelajaran, namun filsafat
memberikan pengaruh yang besar dalam pembelajaran di sekolah. Filsafat adalah
kegiatan berpikir, sehingga dalam setiap pembelajaran siswa melakukan kegiatan
filsafat
Dengan penerapan filsafat dalam
pembelajaran di sekolah, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan
efektif dan efisien. Filsafat memberikan keuntungan bagi guru dan juga siswa.
Bagi guru, dengan adanya pelajaran filsafat, maka guru akan lebih memahami
karakter dari siswa-siswanya. Belajar filsafat adalah berpikir, sehingga guru
dapat mengetahui sejauh mana pola pikir siswa-siswanya dalam memahami
matematika. Pada pelajaran filsafat, pendidikan karakter juga tercakup di
dalamnya. Pendidikan karakter meliputi material, formal, normatif dan
spiritual. Dan dalam pembelajaran di sekolah, keempat faktor tersebut merupakan
salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di sekolah
Bagi siswa, filsafat memberikan
pengetahuan yang baru. Mungkin sebelum-sebelumnya mereka belum pernah mendengar
dan mengetahui tentang filsafat dan pada kesempatan ini siswa belajar tentang
filsafat. Dengan belajar filsafat, siswa menjadi pribadi yang mandiri. Siswa
belajar untuk mengkonstruksikan matematikanya sendiri dengan bantuan guru.
Dengan demikian pemahaman siswa yang satu dengan siswa yang lain tidak sama,
tergantung dari kemampuan mereka masing-masing
KESIMPULAN
Filsafat sebagai ilmu dari segala
ilmu, maka penerapan filsafat dalam pembelajaran di proses pembelajaran baik
disekolah dan perguruan tinggi menjadi salah satu hal yang menarik perhatian.
Mengapa demikian? Karena biasanya filsafat hanya ada di perguruan tinggi, namun
pada zaman sekarang filsafat juga ada di sekolah. Walaupun hanya sebagai
pelengkap dalam pembelajaran, namun filsafat memberikan pengaruh yang besar
dalam pembelajaran. Filsafat adalah kegiatan berpikir, sehingga dalam setiap
pembelajaran siswa dan mahasiswa melakukan kegiatan filsafat
Dengan penerapan filsafat dalam
pembelajaran berarti secara tidak langsung maka proses belajar mengajar
terutama matematika akan berjalan dengan efektif dan efisien. Filsafat
memberikan keuntungan bagi kita semua (guru, dosen, siswa, dan mahasiswa). Bagi
guru dan dosen, dengan adanya pelajaran filsafat, maka guru dan dosen akan
lebih memahami karakter dari siswa-siswanya. Belajar filsafat adalah berpikir,
sehingga guru dan dosen dapat mengetahui sejauh mana pola pikir siswa-siswanya
dan mahasiswanya dalam memahami matematika. Pada pelajaran filsafat, pendidikan
karakter juga tercakup di dalamnya. Pendidikan karakter meliputi material,
formal, normatif dan spiritual. Dan dalam pembelajaran di sekolah dan perguruan
tinggi, keempat faktor tersebut merupakan salah satu peran filsafat dalam
pembelajaran di sekolah
DAFTAR
PUSTAKA
Bakhtiar. 2004.
Filsafat Ilmu dalam Pendidikan. Jakarta : CV. Reineka
Depag.
2001. Disiplin Ilmu filsafat. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam
Depdiknas. 2003. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
http://id.wikipedia.org/wiki/matematika″
Kategori: Matematika
http://lela68.wordpress.com/2009/05/28/filsafat-ilmuilmu-dan-matematika/Di
akses 2 Oktober 2010
Suriasumantri, 1981.
Ilmu dalam Perspektif. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia & Leknas-LIPI
___________, 2005.
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar